By Unknown - Sabtu, 08 Februari 2014
Berbeda dari dugaan kita, film-film
bioskop yang dikhususkan untuk orang-orang yang telah berumur lebih dari
17 tahun kini makin banyak ditonton oleh kalangan anak-anak yang masih
remaja. Bahkan, film-film porno pun makin banyak beredar dan mudah
dijangkau oleh masyarakat dari berbagai usia, termasuk anak-anak di
bawah umur.
Menurut sebuah studi terbaru, alur
cerita film-film berlabel X ini ? yang sering memperlihatkan bahwa
hubungan seks sama sekali tidak mempunyai kosekuensi apa-apa ? telah
menimbulkan masalah serius. Film-film seperti itu, katanya, sangat
terkait dengan munculnya perilaku seks berisiko tinggi di kalangan
remaja.
Masalah yang selama ini sangat banyak
menyita perhatian mungkin hanyalah keprihatinan terhadap kekerasan yang
diekspos oleh media massa dan dampak buruknya terhadap perkembangan
anak-anak remaja.
Sangat sedikit perhatian yang diberikan
terhadap kemungkinan pengaruh buruk dari kandungan film-film yang
terang-terangan mengekspos seksual ini terhadap perilaku remaja. Inilah
yang menjadi sorotan studi yang dilakukan Dr. Gina M. Wingood dari Emory
University di Georgia, Amerika Serikat, bersama timnya.
Tim tersebut baru-baru ini melakukan
penelitian terhadap 522 gadis dengan usia antara 14 sampai 18 tahun.
Ternyata, sebanyak 30% mengaku pernah menyaksikan film porno selama tiga
bulan terakhir. Menurut ukuran Wingood, angka ini sudah sangat
memprihatinkan.
Peneliti ini tidak memastikan di mana
gadis-gadis ini menonton film yang hanya diperbolehkan untuk orang
dewasa itu. Namun, menurut Wingood, fakta ini saja sudah semestinya
menjadi peringatan keras bagi para orangtua. Meskipun ada larangan,
banyak remaja tidak kesulitan memperoleh akses ke film-film khusus
dewasa tersebut.
Namun, yang lebih mengkhawatirkan ialah
pengaruh film-film tersebut terhadap perilaku seksual remaja dalam
kehidupan nyata. Menurut laporan tim tersebut dalam jurnal Pediatrics
edisi Mei ini, remaja perempuan yang pernah menonton film jenis ini
kemungkinan besar akan mempunyai lebih dari satu pasangan seksual.
Mereka ternyata juga lebih sering melakukan hubungan seks.
Dalam kegiatan seksnya, mereka juga
lebih besar kemungkinan mengabaikan penggunaan kondom. Juga, mereka
tidak begitu peduli terhadap penggunaan pil KB. Akibatnya ? dan ini yang
lebih menakutkan ? gadis-gadis ini ternyata mempunyai kemungkinan
sebesar 70% terinfeksi oleh penyakit kelamin klamidia.
Menurut Wingood, perilaku seks remaja
akan lebih mudah terpengaruh ketimbang dewasa oleh media massa. Besar
kemungkinan kelompok usia ini akan meniru apa yang mereka tonton dalam
film-film khusus dewasa tersebut.
Memang harus diakui, penelitian ini
dilakukan di Amerika Serikat dengan kultur dan lingkungan yang berbeda.
Namun, tanpa kita sadari, hal yang sama pun kemungkinan besar terjadi
juga di negeri ini. Karena itu, ada baiknya apabila batas usia yang
tertera dalam setiap judul film benar-benar diterapkan di
bioskop-bioskop yang terdapat di berbagai sudut negeri ini.